Indonesia Masih Hadapi Tantangan HIV-AIDS dan Ancaman “Triple Storm” Virus Musiman

Indonesia Masih Hadapi Tantangan HIV-AIDS dan Ancaman “Triple Storm” Virus Musiman

Mon, 10 November 2025
Diki_ttg_HIV

Mikalaglobalmedika, Jakarta – Kasus HIV/AIDS di Indonesia masih menunjukkan peningkatan di sejumlah wilayah, meski berbagai kemajuan telah dicapai dalam layanan pengobatan dan pencegahan. Hal ini disampaikan oleh Diki Budiman, pakar kesehatan global dari Universitas YARSI dan Griffith University, dalam wawancaranya di program Halo Indonesia.

Kemajuan dalam Akses Pengobatan

Menurut Diki, ada kabar baik dari sisi layanan kesehatan. Kini semakin banyak pasien HIV yang mendapatkan terapi antiretroviral (ART) atau Anti-Retroviral Treatment.

“Layanannya sudah menguat, dan akses terhadap obat ini meningkat. Bahkan sekarang sudah terintegrasi di puskesmas dan komunitas,” ujar Diki.

Peningkatan akses ini, kata dia, membantu pasien untuk bertahan dalam perawatan jangka panjang. Bukti ilmiah juga menunjukkan bahwa semakin banyak pasien HIV yang berhasil mencapai sustained viral suppression, yaitu kondisi di mana virus tidak lagi terdeteksi dalam tubuh mereka.

Sebelas Provinsi Jadi Prioritas

Diki menjelaskan bahwa sekitar 76 persen kasus HIV di Indonesia terkonsentrasi di sebelas provinsi prioritas. Namun ia menegaskan, bukan berarti daerah lain bebas dari kasus HIV.

“Sebelas provinsi ini diprioritaskan karena angka kasusnya tinggi, tapi wilayah lain tetap harus waspada,” katanya.

Menuju Ending HIV/AIDS 2030

Pemerintah Indonesia menargetkan eliminasi HIV/AIDS pada tahun 2030. Menurut Diki, target ini menantang, namun bukan hal yang mustahil.

“Pemerintah sudah berupaya sejak dua dekade terakhir, dibantu lembaga internasional seperti Global Fund, Clinton Foundation, WHO, dan Bank Dunia,” jelasnya.

Ia menekankan pentingnya mempercepat testing dan awareness status HIV. “Kalau seseorang tahu statusnya, maka akses pengobatan akan lebih cepat, dan potensi penularan bisa ditekan,” tambahnya.

Tidak Ada Istilah Batuk atau Pilek Biasa

Dalam kesempatan yang sama, Diki juga mengingatkan masyarakat untuk tidak meremehkan gejala kesehatan seperti batuk dan pilek.

“Istilah ‘batuk biasa’ atau ‘pilek biasa’ sebaiknya ditinggalkan. Karena tubuh yang sehat tidak batuk, tidak pilek,” tegasnya.

Menurutnya, batuk dan pilek adalah bentuk reaksi tubuh terhadap sesuatu yang mengganggu sistem pernapasan. Jika berlangsung lebih dari dua minggu, masyarakat disarankan segera memeriksakan diri karena bisa mengarah ke tuberkulosis (TBC) atau penyakit infeksi lainnya.

Ancaman “Triple Storm” Virus Musiman

Diki juga mengingatkan bahwa saat ini dunia menghadapi apa yang ia sebut sebagai “badai tiga serangkai” (triple storm) virus.

“Sekarang kita menghadapi influenza musiman yang masih dominan, ditambah Covid-19 yang sudah menjadi endemik, serta virus-virus lain seperti norovirus dan RSV (respiratory syncytial virus),” jelasnya.

Kondisi ini diperburuk oleh faktor musim hujan yang membuat virus mudah berkembang dan menular.

“Musim hujan seperti sekarang membuat virus lebih mudah menyebar. Jadi masyarakat perlu menjaga imunitas dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat,” pungkas Diki.

Indonesia Masih Hadapi Tantangan HIV-AIDS dan Ancaman “Triple Storm” Virus Musiman
Diki_ttg_HIV
Mon, 10 November 2025

Mikalaglobalmedika, Jakarta – Kasus HIV/AIDS di Indonesia masih menunjukkan peningkatan di sejumlah wilayah, meski berbagai kemajuan telah dicapai dalam layanan pengobatan dan pencegahan. Hal ini disampaikan oleh Diki Budiman, pakar kesehatan global dari Universitas YARSI dan Griffith University, dalam wawancaranya di program Halo Indonesia.

Kemajuan dalam Akses Pengobatan

Menurut Diki, ada kabar baik dari sisi layanan kesehatan. Kini semakin banyak pasien HIV yang mendapatkan terapi antiretroviral (ART) atau Anti-Retroviral Treatment.

“Layanannya sudah menguat, dan akses terhadap obat ini meningkat. Bahkan sekarang sudah terintegrasi di puskesmas dan komunitas,” ujar Diki.

Peningkatan akses ini, kata dia, membantu pasien untuk bertahan dalam perawatan jangka panjang. Bukti ilmiah juga menunjukkan bahwa semakin banyak pasien HIV yang berhasil mencapai sustained viral suppression, yaitu kondisi di mana virus tidak lagi terdeteksi dalam tubuh mereka.

Sebelas Provinsi Jadi Prioritas

Diki menjelaskan bahwa sekitar 76 persen kasus HIV di Indonesia terkonsentrasi di sebelas provinsi prioritas. Namun ia menegaskan, bukan berarti daerah lain bebas dari kasus HIV.

“Sebelas provinsi ini diprioritaskan karena angka kasusnya tinggi, tapi wilayah lain tetap harus waspada,” katanya.

Menuju Ending HIV/AIDS 2030

Pemerintah Indonesia menargetkan eliminasi HIV/AIDS pada tahun 2030. Menurut Diki, target ini menantang, namun bukan hal yang mustahil.

“Pemerintah sudah berupaya sejak dua dekade terakhir, dibantu lembaga internasional seperti Global Fund, Clinton Foundation, WHO, dan Bank Dunia,” jelasnya.

Ia menekankan pentingnya mempercepat testing dan awareness status HIV. “Kalau seseorang tahu statusnya, maka akses pengobatan akan lebih cepat, dan potensi penularan bisa ditekan,” tambahnya.

Tidak Ada Istilah Batuk atau Pilek Biasa

Dalam kesempatan yang sama, Diki juga mengingatkan masyarakat untuk tidak meremehkan gejala kesehatan seperti batuk dan pilek.

“Istilah ‘batuk biasa’ atau ‘pilek biasa’ sebaiknya ditinggalkan. Karena tubuh yang sehat tidak batuk, tidak pilek,” tegasnya.

Menurutnya, batuk dan pilek adalah bentuk reaksi tubuh terhadap sesuatu yang mengganggu sistem pernapasan. Jika berlangsung lebih dari dua minggu, masyarakat disarankan segera memeriksakan diri karena bisa mengarah ke tuberkulosis (TBC) atau penyakit infeksi lainnya.

Ancaman “Triple Storm” Virus Musiman

Diki juga mengingatkan bahwa saat ini dunia menghadapi apa yang ia sebut sebagai “badai tiga serangkai” (triple storm) virus.

“Sekarang kita menghadapi influenza musiman yang masih dominan, ditambah Covid-19 yang sudah menjadi endemik, serta virus-virus lain seperti norovirus dan RSV (respiratory syncytial virus),” jelasnya.

Kondisi ini diperburuk oleh faktor musim hujan yang membuat virus mudah berkembang dan menular.

“Musim hujan seperti sekarang membuat virus lebih mudah menyebar. Jadi masyarakat perlu menjaga imunitas dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat,” pungkas Diki.

Artikel Lain

1c574ef1-efbb-4e97-89a5-6629580c1bdb_jpg
Wed, 8 October 2025
Warga +62 Keluhkan Gejal...
Jakarta — Dalam beberapa pekan terakhir, linimasa media sosial dipenuhi keluhan soal batuk dan pilek yang t...
stress_gjl
Fri, 8 November 2024
Stres - Gejala, Penyebab...
Stres merupakan suatu kondisi yang dirasakan saat seseorang menghadapi tantangan, atau berada dalam situasi...
puncak-musim-hujan-4169069059
Thu, 7 November 2024
8 Cara Terhindar dari In...
Ada beberapa jenis penyakit yang lebih rentan terjadi di musim hujan, contohnya flu atau influenza. Alasann...
ilsutrasi kshtn mental
Thu, 24 October 2024
Bagaimana Cara meningkat...
Untuk meningkatkan kesehatan mental secara alami, ada beberapa cara yang dapat dilakukan. Berikut adalah la...
img MGM artikel web
Wed, 25 September 2024
Mikala Global Hadirkan L...
JAKARTA - Kebutuhan akan layanan perawat ke rumah dewasa ini semakin berkembang di Indonesia. Usaha yang me...
838969_16-12-2020_17-32-34
Mon, 17 July 2023
Hindari Tidur Jelang Mag...
Dokter spesialis kedokteran naturopati Cahyono menjelaskan soal larangan tidur menjelang magrib. Tak hanya ...